watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

DIPERKOSA SOPIRKU

Namaku Widuri berumur 25 tahun, aku dilahirkan
dalam lingkungan keluarga yang cukup mapan.
Karena itu aku terbiasa berhias dan menikmati
kehidupan yang lumayan mewah. Kulitku putih
dan orang bilang tubuhku cukup ideal. Aku telah
berumah tangga, Sandi suamiku mempunyai
perusahaan yang bergerak di bidang eksport
import. Saat ini dia sedang tidak berada di rumah.
Dia pergi keluar kota selama kurang lebih sebulan
untuk mengurus keperluan bisnisnya. Aku
terbiasa ditinggal sendiri di dalam rumah
mewahku. Tapi sebulan yang lalu dia pulang
membawa seseorang yang akan dijadikan sopir
di rumahku. Dia adalah Martono, seorang pria
berumur kurang lebih 40 tahunan. Rambutnya
botak kulitnya hitam dan wajahnya terlihat buruk
keras. Suamiku yang mempekerjakannya sebagai
sopir kami sebagai balas jasa telah
menyelamatkan suamiku dari ancaman
perampokan di jalan raya. Meskipun aku kadang-
kadang ketakutan melihat matanya yang jelalatan
melihatku, tapi aku menghormati keputusan
suamiku. Dia memang pintar mengemudi mobil
dan mengetahui seluk-beluk kotaJakarta.
Seringkali Aku belanja ke Mall hanya diantar oleh
Martono karena suamiku betul-betul sangat sibuk.
Suatu hari ketika aku sedang memasak di dapur,
tiba-tiba aku dikejutkan dengan kehadiran
Martono yang menatapku dengan jelalatan.
“Oh Pak Martono…. kaget saya melihat bapak
tiba-tiba sudah ada disini.” Aku memanggilnya
dengan sebutan bapak karena dia lebih tua dariku.
“Maaf nyonya kalau saya ternyata mengagetkan
…..”. Dia menjawab tapi tatapan matanya tidak
berhenti menatap dadaku. Aku sedikit risih
dengan tatapannya, lalu aku pura-pura
menyibukkan diri memasak kembali. Martono
masih diam saja di dapur menatap bagian
belakang tubuhku.
“Ada keperluan apa bapak ke dapur.” Akhirnya
aku bertanya setelah sekian lama
mendiamkannya.
“Nyonya sangat cantik sekali…..dan seksi”
Martono menjawab. Aku terkejut dengan
jawabannya itu. Jantungku berpacu semakin
cepat, aku mulai was-was.
“Jangan-jangan….ah, tidak mungkin…. Semoga
dia cuma berkata sebenarnya, hanya caranya
mengungkapkan seperti orang yang terbiasa
hidup di jalanan. Tanpa basa-basi.” Aku berusaha
menenangkan deburan jantungku.
“Terimakasih…..” aku menjawab dengan sedikit
gemetar.
“Sebenarnya Nyonya sangat menggairahkan,
setiap kali saya di dekat Nyonya pasti “adik” saya
terbangun. Saya masih yakin dapat memuaskan
Nyonya.” Martono berkata tanpa basa-basi.
Deg…. Dugaanku ternyata benar, aku takut
sekaligus marah dengan Martono. Aku
menghadapnya dengan mengacungkan pisau
dapur yang sedang kupakai.
“Hei Martono, jangan kurang ajar terhadapku.
Ingat aku adalah majikanmu. Aku bisa
memecatmu sekarang juga karena kelakuanmu
yang tidak sopan terhadapku. Selama ini aku
menerimamu karena menghormati suamiku.”
Aku membentak tanpa menghiraukan usianya
yang lebih tua dariku.
Tanpa-diduga-duga dia memelintir tanganku
yang memegang pisau sehingga pisau itu
terlempar. Aku mengaduh kesakitan. Tapi tangan
kirinya telah memelukku dengan erat. Aku tidak
bisa bergerak sama sekali, karena himpitan
tenaganya yang kuat.
“Kamu kira aku bisa ditakuti dengan mainan
seperti itu…. hah.” Dia sekarang menelikung
tanganku dan mendekapkan badanku ke
badannya. Aku gemetar ketakutan dan tidak
terpikir untuk berteriak saking gugupnya.
“Aku memang mengincarmu dari dulu, karena itu
mengatur siasat agar dia dirampok oleh kawa-
kawanku. Aku pura-pura datang menolongnya.
Sekarang kalau kau berani melawan, maka kau
akan tahu akibatnya. Kau dan suamimu bisa
kubunuh kapan saja bila kau coba-coba melapor
pada pihak yang berwajib. Aku punya banyak
kawan preman di jalanan yang bisa dengan
mudah kuperintahkan.” Martono mengancamku.
Aku semakin ketakutan, hilanglah sudah
harapanku.
“Aku akan melepaskan pelukanku kalau kau
mengerti kondisimu saat ini.” Martono
meneruskan. Aku hanya diam menggigil
ketakutan dan mengangguk. Dia menyeringai dan
melepaskan pelukannya. Aku langsung terduduk
di lantai dan menangis. Martono tertawa penuh
kemenangan. Sedangkan hatiku sangat kalut.
Martono bisa melakukan apa saja terhadapku.
Kalau aku melaporkan dia pada Polisi maka jiwaku
dan suamiku akan terancam.
“Kamu tidak perlu menangis… karena aku akan
memberikan kepuasan batin yang tak terhingga
kepadamu. Aku tahu kebutuhan batinku sangat
kurang karena suamimu jarang berada di rumah.
Kamu sangat kesepian kan?. Pikirkan saja bahwa
suamimu tidak ada disini sedangkan kau merasa
sangat kesepian, siapa yang salah sekarang….”
Martono berkata dengan tenangnya.
Sambil duduk Martono membuka resluiting
celananya. Kemaluannya tampak telah membesar
dan kini tepat mengarah di depan wajahku.
Akupun kembali membuang muka sambil
memejamkan mata. Martono mulai memaksa
untuk mengoral batang kejantanannya.
Tangannya keras segera meraih kepalaku dan
wajahnya ke depan kemaluannya. Setelah itu
kemudian Martono memaksakan batang
kejantanannya masuk ke dalam mulutku hingga
sampai pangkal penis dan sepasang buah zakar
bergelantungan di depan bibirku.
Dengan agak terpaksa aku membuka mulutku
dan mulai menciumi penis Martono, sebenarnya
ukuran penis Martono hampir sama dengan milik
suamiku tetapi punya Martono sedikit lebih
panjang dan agak membesar di bagian
kepalanya. Akhirnya perlahan aku mulai menjilati
dan mengulum penis itu.
“Ohh.. Nikmat sekali sayaang, kau memang
pintar”
Martono mengerang sambil meremas rambutku
lalu ia mendorong dan menarik penisnya di
mulutku. Aku terus mengutuk diriku yang rela
memberikan sesuatu yang lebih pada orang lain
daripada untuk suamiku karena selama ini aku
selalu menolak kalau Mas Sandi minta untuk
memasukan penisnya ke mulutku.
Aku gelagapan karena mulutku kini disumpal oleh
kemaluan Martono yang besar itu. Martono mulai
mengocokkan batang penisnya dimulutku yang
megap-megap karena kekurangan Oksigen.
Dipompanya kemaluannya keluar masuk dengan
cepat hingga buah zakarnya terasa memukul-
mukul daguku. Tak terasa air mataku mengalir
deras, tapi aku tak bisa berbuat apa-apa….
Bunyi berkecipak karena gesekan bibirku dan
batang penis yang sedang dikulum tidak dapat
dihindarkan lagi. Hal ini membuat Martono makin
bernafsu dan makin mempercepat gerakan
pinggulnya yang tepat berada di depan wajahku.
Batang penisnya juga semakin cepat keluar
masuk di mulutku, dan sesekali membuatku
tersedak dan ingin muntah.
Lama sekali rasanya batang penis Martono
kukulum dan membuatku makin lemas dan
pucat. Akhirnya tubuh Martono pun mengejan
keras dan Martono menumpahkan spermanya di
rongga mulutku. Hal ini membuatku tersentak
dan kaget, ingin memuntahkannya keluar namun
pegangan tangan Martono di kepalaku sangat
keras sekali, sehingga dengan terpaksa aku
menelan sebagian besar sperma itu.
“Aaah..,” Martono pun mendesah.
“Akhirnya aku bisa menikmati mulutmu yang
indah sayang……..” Terasa sakit rasanya hatiku.
Aku seperti wanita yang tidak berharga dan bisa
dipermainkan oleh siapa saja. Aku hanya bisa
menangis tanpa bisa melawan.
“Ayo ikut aku…..” Martono kemudian menarik
tanganku dengan kasar. Dengan setengah
menyeretku dia membawaku ke kamar tidurku.
Didorongnya tubuhku ke atas ranjangku yang
empuk.
“Hmm. Kamar yang bagus dan wangi…. Cocok
untuk kita saling melepas hasrat yang sangat
nikmat.” Martono mengagumi kamar tidurku
yang luas dan bersih. Aku tetap berbaring
telungkup dengan menangis. Sia-sia saja aku
walaupun berteriak, tidak ada tetangga yang akan
mendengarku. Hidup di Jakarta kadang-kadang
tidak memperdulikan penderitaan tetanga. Yang
paling parah, Martono bisa mencelakakanku, yang
paling kutakuti sebenarnya kalau dia sampai
mencelakakan suamiku.
“Hei… jangan diam saja. Bangun sini.” Martono
membentakku. Aku lalu bangun mendekatinya.
Dia menyeringai dan berkata. “Lepaskan seluruh
pakaianmu dan menarilah.”
“Gila… apakah aku disuruh berstriptease
dihadapannya. Terhadap suamikupun aku belum
pernah melakukannya.” Aku semakin gemetar….
“Tolong, jangan lakukan ini kepada kami….. kalau
pak Martono perlu uang nanti kami beri sesuai
permintaan bapak.” Aku memberanikan diri
menolak kemauannya dengan suara yang
bergetar.
“Jangan menolak, atau aku telpon temanku
sekarang juga untuk mengurus suamimu. Tapi
kalau kau memberikan layanan terbaikmu, maka
kau jamin dirimu dan suamimu tidak akan binasa.
Rahasia diantara kita tidak akan diketahuinya dan
kaupun dapat menikmati keperkasaanku. Ha.. ha..
ha..” Martono malah balik membentak.
Perlahan-lahan aku mulai melepaskan pakaian
yang kupakai. Kubuka kancing bajuku satu
persatu dengan tangan gemetar. Nafas Martono
nampak sedikit tertahan tegang ketika aku
membuka bra warna pink yang kupakai. Aku
menggoyang-goyangkan pantatku perlahan-
lahan sambil membuka celana dalam yang
merupakan bagian terakhir perlengkapan
pakaianku. Aku menutupi payudaraku dan bagian
kewanitaanku dengan kedua belah tanganku
sebisa mungkin. Hatiku makin tidak karuan.
Mata Martono semakin beringas “Beruntung sekali
aku mendapatkanmu……. Tubuhmu yang putih
mulus dan kencang sungguh luar biasa indahnya.
Mari sini sayang.” Martono menarik tanganku dan
membaringkanku telentang. Dia dengan tergesa-
gesa melepaskan pakaiannya. Badannya yang
hitam menandakan dia terbiasa bekerja di bawah
terik matahari. Terlihat beberapa tatto di
badannya. Selama ini aku tidak pernah melihat dia
mempunyai tatto. Kepalaku terasa berkunang-
kunang, rasanya aku hampir tidak sanggup
menahan peristiwa ini.
Martono perlahan-lahan mendekati aku yang
tergolek lemas ditempat tidurku. Diambang
kesadaran kurasakan sesuatu yang basah
merayap menelusuri kakiku dan terus beranjak
naik menuju pahaku, tanganku berusaha mencari
tahu apa sebenarnya yang menelusuri kaki dan
pahaku.
“Oh.. Martono.. apa yang Bapak lakukan..” aku
tersentak kaget ketika kudapati ternyata lidah
Martono menempel di belahan pahaku.
“Tenanglah.. nikmati saja..”, aku berontak, aku tak
bisa membiarkan kekurang ajaran orang ini, aku
harus bisa melepaskan diri dari bajingan ini, tapi
tak berdaya aku melakukan semua itu, tubuhku
lemas, akan tetapi terasa dorongan hasrat
menjalari seluruh tubuhku yang memang jarang
mendapatkannya dari suamiku.
“Bajingan kau.. lepaskan!, aku ini majikanmu.” Kali
ini timbul perasaan nekatku yang tadi dihimpit
ketakutan.
“Kurang ajar.. Bajingan.. lepaskan..!” kembali aku
berteriak sambil berusaha menendang, tapi lagi-
lagi aku begitu lemah dan tiba-tiba saja lidah
Martono yang basah menyeruak menyapu organ
tubuhku yang paling sensitif.
“Akhh..” Oh.. Tuhan nikmat sekali rasanya lidah
orang ini, tubuhku mengejang, lama lidah
Martono bermain dengan Vaginaku dan sesekali ia
menyentuh dan menggigit clitorisku yang mulai
mengembang dan mengeras. Cairan vaginaku
mulai keluar meleleh berbaur dengan air liur
Martono yang masih saja menusukan lidahnya ke
vaginaku.
Tiba-tiba tubuhku kembali menegang, dan
kurasakan sesuatu menjalar diseluruh tubuhku
dan seakan berkumpul dirahimku lalu..
“Ohh.. hh.. Akh..” erangan panjang dari mulutku
mengiringi semprotan cairan hangat yang keluar
dari dalam liang vaginaku dan membasahi mulut
Martono. Ohh.. aku orgasme dengan orang selain
suamiku dan hendak memperkosaku dengan
biadab, tapi rasanya nikmat sekali orgasmeku dari
Martono ini dan aku selalu menginginkan lebih
dari itu. Kini tubuhku benar-benar lemas sambil
kedua pahaku tetap menghimpit kepala Martono
dengan nafas yang terengah-engah.
Perlahan Martono melepaskan kepalanya dari
selangkanganku dan merayap keatas tubuhku
yang masih belum bisa membuka mataku.
“Apa kubilang.. nikmat kan?” Martono berbisik
ditelingaku.
“Ja.. hh.. jangan Pak sudah..” sebentar Martono
menghentikan aksinya mungkin untuk
memberiku kesempatan mengumpulkan tenaga
kembali.
“Nyonya tahu kalau saya udah jatuh cinta saat
pertama melihat nyonya, jadi nikmati saja tanda
cinta dari saya.
“Tidak Pak.. jangan..” setengah menangis aku
memelas agar ia mau melepaskanku dari nafsu
bejatnya.
“Pak Sandi sangat beruntung memiliki nyonya..,
cantik dan bertubuh idaman lelaki..”
Dengan lembut ia mencium keningku, hidungku,
pipiku dan sambil menghembuskan nafasnya ia
mencium telingaku membuat gairah dalam
tubuhku kembali berkobar dan seluruh bulu-bulu
halus di tubuhku berdiri.
“Bibir nyonya indah..” itu yang terdengar
sebelum ia melumat kedua belah bibir sensualku,
aku berusaha menghindar tapi nikmat sekali
rasanya.
Perlahan aku mulai membalas dengan membuka
bibirku membiarkan lidah Martono menyeruak
masuk kedalam mulutku. Ia melepaskan
ciumannya lalu bergerak menelusuri leherku dan
menggigit puting susuku.
“Susu nyonya sungguh menggairahkan.. indah
sekali sayang..”
Ia mengulum dan membenamkan wajahnya di
belahan dadaku. aku menggelinjang dan hasratku
lebih berkobar akhirnya kudekap tubuh yang
menindih diatasku, oh.. Tuhan ia sudah telanjang
bulat, kurasakan belahan pantatnya di kedua
tanganku. Lama ia menelusuri dan meremas
payudaraku.
“Jangan.. Pak.. aku mohon jangan.. aku nggak
mau menghianati suamiku….!” untuk kesekian
kalinya aku memelas sambil berusaha
merapatkan kedua kakiku dan mendorong tubuh
Martono agar menjauh dariku.
Tanpa mempedulikan rintihanku Martono
bergerak berusaha membuka kakiku dan
menempatkan tubuhnya diantara kedua kakiku.
Dengan reflek kedua tanganku bergerak menutupi
selangkanganku, tapi kembali tangan Martono
menarik kedua tangan ku dan membawanya
keatas kepalaku. Langsung saja ia menyapu
kedua ketiakku yang mulus tanpa bulu dengan
lidahnya, kembali akupun merasakan sensasi
kenikmatan sebagai akibat sapuan lidahnya yang
basah itu.
“Ohh..” tubuhku bergetar sesuatu yang keras
berusaha menyeruak masuk lubang
kenikmatanku, dan perlahan benda itu mulai
tenggelam dalam selangkanganku. Aku
mendongak, mataku terpejam merasakan sensasi
kenikmatan yang tiada taranya dan diakhiri
dengan satu sodokan kuat akhirnya amblaslah
seluruh penis Martono kedalam liang vaginaku.
Tubuhku terasa penuh seakan benda itu
menancap tepat di rahimku, hilanglah sudah
pertahanan terakhir kesucian rumah tanggaku.
Tanganku mencengkram erat tubuh Martono dan
menancapkan kuku-kukuku di pundaknya,
perlahan tetes air mata mengalir disudut mataku
yang terpejam. Lalu Martono mulai menggerakan
pantatnya dan mulai mengobok-obok isi liang
vaginaku.
“Ohh.. Nyonya.. nikmat sekali.. Kau.. kau.. begitu
rapat..” Martono terus mengocok vaginaku maju
dan mundur dan akupun semakin menikmatinya,
hilang rasanya rasa pedih dihatiku terobati dengan
kenikmatan yang tiada taranya. Mulutku mulai
meracau mengeluarkan desahan dan ocehan.
“Akhh.. Pak.. Aduuh.. ohh..” lama Martono
memacu birahinya dan akupun mengimbanginya
dengan menggelora, sampai akhirnya kembali
aku mengejang dan sambil memeluk erat tubuh
Martono aku kembali menyemprotkan cairan
yang meledak dalam rahimku, aku orgasme
untuk yang kedua dari Martono. Untuk beberapa
saat Martono menghentikan gerakannya dan
memeluk erat tubuhku sambil melumat bibirku.
Aku benar-benar menikmati orgasme yang kedua
ini, mataku terpejam sambil kulingkarkan kedua
kakiku ke pinggang Martono.
Tak berapa lama kemudian Martono mencabut
penisnya yang masih mengacung kokoh dari
dalam rahimku.
“Oh..” ada sesuatu yang hilang rasanya dari
tubuhku.
Perlahan ia bergerak menyamping dan
membalikan tubuhku, kali ini aku pasrah dan
lemah tak berdaya hanya menurut saja. Kembali
ia menaiki tubuhku, kali ini dari belakang dan
mulai menusuk-nusukan penisnya ke pantatku.
Akupun menyambut sodokan benda tumpul itu
dengan sedikit membuka kakiku dan mengangkat
pantat kenyalku, cairan yang keluar dari rahimku
mempermudah masuknya senjata Martono
melalui jalan belakang dan kembali menancap di
vaginaku. ia bergerak sambil kedua tangannya
meremas payudaraku dari belakang dan
menggenjotkan pantatnya menghantam liang
vaginaku
Gesekan demi gesekan kurasakan semakin nikmat
menyentuh kulit halus liang vaginaku, tanganku
mencengkram erat seprei tempat tidurku yang
acak-acakan.
“Ohh.. Nyonya.. Nikmat sekali.. Ohh..”
Martono benar-benar hebat, ia bisa bertahan lama
menggauliku dengan berbagai posisi, sedangkan
akupun semakin gila saja meladeni nafsu setan
Martono. Untuk ketiga kalinya aku mencapai
klimaks sedangkan Martono mesih saja berpacu
diatas tubuhku. Sekarang pasisi tubuhku duduk
dipangkuan laki-laki ini sambil mendekap dengan
kepala mendongak kebelakang, leluasa ia
mencumbu leherku yang mulai sudah basah
dengan keringat yang keluar dari seluruh pori-
pori tubuhku. Seakan tak pernah puas terus saja
ia mengulum dan menjilati kedua payudaraku,
kurasakan penis Martono menghujam telak
keliang senggamaku yang mendudukinya.
Kocokan demi kocokan yang semakin gaencar
kurasakan menggesek kulir vaginaku sebelah
dalam, erangan dan cengkraman menghiasi
gerakannya. Kali ini aku benar-benar melepaskan
seluruh hasratku yang selama ini terpendam, aku
tak mempedulikan lagi siapa laki-laki yang
menyetubuhiku, yang jelas aku ingin terpuaskan.
Lama posisi duduk itu berlangsung sampai
akhirnya tubuh Martono semakin gencar
menyodok vaginaku, gerakannya semakin cepat.
Martono menghempaskan tubuhku kembali
terlentang ditempat tidur, tubuhnya mengejang
dan memeluk rapat tubuhku sampai aku hampir
tak bisa bernafas. Lalu kurasakan semburan
hangat dengan kencang membentur dinding
rahimku.
“Akhh..” Martono mengerang panjang sambil
menekan pantatnya kebawah dengan keras,
kucengkram dan kembali kulingkarkan kakiku
kepinggangnya dan akupun melepaskan sisa
orgasme yang masih tersisa ditubuhku. Untuk
orgasme yang terakhir ini kami berlangsung
hampir bersamaan, akhirnya dengan terkulai
lemah tubuh Martono roboh menindih tubuhku
yang lemas pula. Lama kami terdiam merasakan
sisa kenikmatan itu dan akhirnya Martono mulai
beringsut menjauh dari tubuhku.
“Terima kasih Nyonya sayang..” setengah sadar
dan tidak kudengar Martono membisikan kata-
kata itu sambil mengecup keningku. Lalu ia berdiri
mematung di samping tempat tidur. Aku tidak
tahu kapan ia pergi karena setelah itu aku tertidur
karena lelah dan kantuk yang menyerangku tanpa
mempedulikan keadaan kamar tidurku yang acak-
acakan.
Sore hari aku baru terbangun dari tidurku,
tubuhku serasa hancur dan lelah bukan kepalang.
Kulihat keadaan diriku terasa sisa sperma yang
mulai lengket membanjir di selangkanganku.
kulihat banyak sekali cairan sperma Martono
keluar meleleh dari dalam vaginaku bercampur
dengan cairan rahimku dan membasahi seprei
tempet tidur. Setengah merangkak aku menuju
kamar mandi membersihkan tubuhku dari bekas
keringat dan dosa, guyuran air hangat membuat
tubuhku sedikit lebih segar walaupun rasa capek
itu masih terasa ditubuhku. Kulihat vaginaku
memerah dan bekas cupangan nampak di
payudaraku, lama aku berada di kamar mandi
menunggu cairan sperma Martono keluar semua
meninggalkan liang rahimku. selesai mandi cepat-
cepat kubereskan tempat tidurku dan mengganti
seprei serta sarung bantal guling dengan yang
masih baru..
Aku masih termenung memikirkan kejadian siang
tadi, aku mengutuk diriku sendiri dan sangat
menyesal dengan hal itu. Bajingan benar Martono
itu, ia telah menodai kesucian rumah tanggaku
yang selama ini kujaga dengan baik. Yang lebih
kusesalkan lagi akupun menikmati permainannya
yang sangat nikmat. Belum pernah aku
merasakan senggama sepanjang itu dengan Mas
Sandi, aku bisa mencapai klimax sampai empat
kali, kuakui hebat sekali permainan Martono.
———————————————
Pada malam hari bel pintu berbunyi. Kupikir
suamiku sudah pulang, aku buru-buru
membukakan pintu. Betapa terkejutnya aku
melihat Martono datang dengan membawa
seorang teman yang berbadan tegap.
“Selamat malam nyonya….. aku membawakan
teman yang akan membuat nyonya merasakan
sensasi yang luar biasa.” Martono menyeringai
kepadaku sedangkan temannya senyum-senyum
menyebalkan.
“Bagaimana nyonya, bukankah sudah saya
katakan untuk menikmati saja sensasi kenikmatan
yang kami tawarkan daripada melaporkan kami
kepada pihak yang berwajib. Saya melihat
nyonya begitu bernafsu dan sangat
menikmatinya juga, bukan?.” Aku menjadi jengah
mengingat kejadian tadi siang. Memang diakui
akupun terhanyut dibuai permainan Martono. Aku
hanya diam memejamkan mataku dan menarik
nafas dalam-dalam sekedar menenangkan
perasaanku yang tidak karuan. Tiba-tiba aku
mendorongnya maka ia terjatuh, dan
kesempatan ini aku melarikan diri menuju pintu
kamar mandi. Aku pikir untuk melarikan diri
menuju kamar mandi dan mengunci diriku dari
Martono dan temannya.
Tapi tiba-tiba tangan Martono sudah
menangkapku dan memelukku dengan erat.
“Hentikan…….. aku tidak mau melakukannya.”
Aku berteriak-teriak tetapi temannya Martono
malah mengamati aku dengan napsu.
“Kamu benar-benar membuatku bernafsu,
bagaimana mungkin aku membiarkan wanita
yang sangat menggairahkan pergi?” .
“Sebaiknya nyonya jangan banyak bertingkah,
berteriakpun percuma… lebih baik layani aku dan
Bejo. Ha… ha… ha…” Martono menyeringai.
“Lepaskan aku… lepaskan aku…” aku berusaha
meronta, tapi Martono mengangkat tubuhku dan
membawaku ke kamar tidurku yang telah
digunakan tadi siang. Dengan mudahnya dia
melemparku ke atas ranjang.
Aku sangat terkejut dengan perkembangan
keadaa ini. Mereka akan memperkosa aku seperti
ini. Tetapi apa yang aku bisa lakukan? Sekarang
kami semua berada di kamar tidurku. Bejo
mendekat dan merobek pakaianku dan menarik
paksa BH dan CD yang ku kenakan sehingga
payudaraku terlihat jelas. Aku menyesal hanya
mengenakan pakaian daster sehingga
memudahkan mereka melampiaskan nafsunya.
Aku malu sekali terlihat bagian- bagian rahasia di
hadapan orang-orang selain suamiku.
“wow… payudara yang indah, nyonya sungguh
mempunyai anugerah yang tak terhingga.” Kata
Bejo.
“Aku suka sekali payudara yang besar dan putih
mulus tanpa cacat.” Bejo melanjutkan.
“Kita beruntung mendapatkan buruan seperti
ini…” Martono menyahut. Kemudian tangan
Martono menggerayangi susuku dan meremas-
remasnya kedua payudaraku. Martono menisap-
isap putting susuku dengan penuh nafsu, dan
Bejo mulai menggerayangi perut dan pahaku.
Tiba-tiba terasa tangannya yang kasar memasuki
celah sempit di vaginaku. Kini aku mengerti
mereka akan berusaha merangsangku.
“Ampun….. jangan lakukan ini kepadaku “aku
memohon belas kasih mereka, tetapi mereka
tidak menunjukkan sedikitpun rasa simpati, malah
wajah mereka menunjukan kebuasan nafsu
birahi. Mereka dengan cekatan telah melepaskan
pakaian mereka masing-masing. Penis Martono
sudah kulihat dan kunikmati tadi siang, tetapi
sekarang aku terkejut melihat Penis Bejo yang
luar biasa, panjangnya sekitar 18 cm dan kelihatan
berurat-urat. Aku makin gemetar ketakutan
sekaligus rasa aneh yang menjalar seakan-akan
ingin merasakan sensasi penis besar milik Bejo.
Wajahku terasa panas. “Ah, Mas Sandi… maafkan
aku.”
Tangan ku telah ditangkap oleh Martono dan
payudaraku kembali diisapnya. Bejo memegang
pinggangku dan menaruh burungnya di lubang
pantat ku.
“Jangan… jangan disitu… tolong..” Aku menjerit-
jerit kesakitan merasakan dorongan penis Bejo
dari belakang.
“Nyonya jangan cemas……. akan sedikit
menyakitkan ……..tetapi setelah itu kamu akan
menikmatinya.” Bejo berkata kepadaku dengan
senyum sinis.
“Bukankah tadi siang memekmu telah dipakai oleh
Martono, maka aku ingin mencicipi pantatmu
yang kuyakin tidak pernah terpakai, masih
perawan… ha.. ha… ha..”
Tak lama aku berteriak kesakitan tetapi secepat
aku membuka mulut ku untuk menangis Sopir ku
memasukkan burungnya di dalam mulutku dan
aku tidak bisa menangis.
Sementara itu Bejo menaruh penisnya pada
lubang pantat ku dan menarik pinggangku ke
arahnya. Dia tetapi tidak bisa memasukkan
burungnya ke dalam lubang pantatku yang sakit.
“Martono… apakah kamu punya mentega di
dapur sebab lubang nya sangat sempit” Bejo
bertanya
“Wah beruntung sekali kau mendapatkan cewek
perawan…..ambillah sendiri di dapur.” Martono
malah tertawa.
Bejo lalu pergi menuju dapur.
“Martono, tolong lepaskan aku…. Aku tidak
sanggup lagi.” Aku memelas pada Martono.
“Nyonya…tenang saja dan nikmati. Bukankah
nyonya sudah tahu bahwa nyonya sudah lama
kami idam-idamkan untuk dinikmati oleh kami.
Aku adalah sopirmu dan Bejo adalah seorang
sopir truk. Dalam hidup kami jarang-jarang
memiliki kesempatan mendapatkan wanita
menggairahkan seperti kamu! Maka bagaimana
mungkin kami akan tinggalkan?” Martono malah
menjawab dengan senyum kemenangan.
Kemudian kusadari tidak ada cara lain dan tak
seorangpun dapat menyelamatkanku. Maka aku
berfikir untuk menikmatinya saja seperti yang
diucapkan Martono kepadaku. Aku sudah merasa
kepalang basah, kenapa tidak dinikmati saja
sekalian, toh akupun merasakan kenikmatan yang
tiada tara dengan Martono tadi siang. Aku
merubah posisiku seperti seorang pelacur, aku
tidak peduli lagi.
Martono mulai bertindak dengan pekerjaan nya
Martono yang tertunda. Dia meremas-remas
payudaraku, kemudian Bejo yang baru datang
mengoleskan mentega pada lubang pantatku dan
mengolesi burungnya juga. Kemudian ia
memposisikan burungnya pada lubang pantatku
dan dengan beberapa tekanan dia berusaha
menerobos lubang pantatku. Aku merasakan
sangat sakit tetapi aku sudah tidak melawan lagi.
Bejo mendorong paksa burungnya dan posisi
Martono di depanku membuatku terdorong
mundur. Aku merasakan sesuatu yang besar dan
kuat berada di pantatku.
“Auh… sakit… ampun…” aku melepaskan penis
Martono dari mulutku. Bejo sengaja mendiamkan
burungnya beberapa saat membiarkanku agar
terbiasa. Setelah beberapa menit Bejo mulai
mendorong lagi penisnya.
“Auh…. Jangan…” aku berteriak kembali, rasanya
sangat sakit. Seluruh penis Bejo telah masuk dan
merobek pantatku, terasa ada sedikit darah
mengalir dari lubang pantatku. Aduh! Kontolnya
itu sangat besar sehingga terasa sangat ketat di
lubang pantatku!
“Auhh.. aduh… aduh… tolong.. aku akan mati…
Kau merobek pantatku.. rasanya punggungku
mau patah… Kau Bajingan!” Aku menjerit dengan
suara nyaring tetapi mereka berdua hanya diam
dan mulai beraksi lagi.
“Sekarang kontolku sudah masuk, Martono…
kamu boleh meninggalkan aku sekarang.” Bejo
berkata pada Martono. Martono hanya
menganguk.
“Baiklah, aku akan menonton pertunjukanmu….
Nyonya, sekarang anda adalah bagiannya.”
Martono sekali lagi mencium payudaraku dan
meninggalkanku. Dia duduk di kursi meja hias
dan menonton perbuatan Bejo terhadapku.
Sekarang aku sepenuhnya dipermainkan oleh
Bejo.
“Kau kekasihku sekarang, aku akan membuatmu
merasakan sensasi yang sangat menyenangkan…
aku akan membuatmu ketagihan… kau akan jadi
pelacurku.” Bejo sesumbar.
“Sudahlah… kumohon keluarkan penismu… aku
tak tahan lagi…. Sakit…. Rasanya aku hampir mati”
terasa air mataku menitik.
“Aku tidak akan membiarkanmu mati…. Nikmati
saja… sebentar lagi akan terasa lebih nikmat.” Bejo
berbisik sambil menjilat telingaku. Dia lalu meraih
payudaraku dan meremasnya.
Kemudian ia mencabut burungnya separuh, lalu
mendorong dengan kekuatan besar.
“Jangan…. Tolong hentikan.. aku mau mati….
Hentikan sebentar…. sakit!” Aku mulai menangis
tetapi ia tidak mendengarkanku dan tetap
menggenjot pantatku dengan penuh nafsu. Aku
roboh!
Bejo tetap memperkosaku tanpa mendengarkan
aku dan dia memegang pinggul ku dengan
tangan nya dan menggenjotku dengan cepat.
Selama memperkosaku, burungnya menyentuh
bagian sensitifku dan membuatku merasakan
getaran-getaran lembut dan menyenangkan. Aku
mulai berpikir lagi, dalam kondisi tanpa
pengharapan dan tak seorangpun dapat
menolongku, mengapa aku tidak sekalian saja
menikmati penis super ini. Pelan-pelan aku mulai
menikmati gesekan penis Bejo pada pantatku, aku
mulai menggoyangkan pinggulku. Kelihatannya
Bejo menyadari perubahan dalam diriku.
“Ayoo sayang… nikmati…. Auh… enak sekali…
betapa sesaknya pantatmu..”
Aku menggoyangkan lagi pinggulku, rasa sakit
yang terima tadi kini berangsur-angsur tidak
terasa lagi. Bejo kini meningkatkan kecepatannya
dan aku juga. Payudaraku menggantung mondar
mandir akibat genjotan Bejo. Kurasakan penis
Bejo sangat keras dan kuat di dalam pantatku.
“lihat… sekarang nyonya mulai menyukainya
kan.” Martono berkomentar kepadaku.
Bejo terus menggenjot pantatku, aku mulai
menyukai permainannya.
“Bejo… kau memang laur biasa.. kau bisa
menaklukkan wanita manapun. Aku salut
padamu.” Martono malah terkagum-kagum pada
Bejo.
“Sebentar lagi, nyonya akan jadi pelacur kami.”
Martono tertawa.
“Kurang ajar….” Hatiku berteriak tetapi badanku
masih bergerak-gerak mengikuti irama genjotan
penis Bejo.
“Auhh… ohh…” aku merintih-rintih tak sadar
Tangan bejo meremas-remas payudaraku
dengan lembut. Rabaan tangannya membuatku
makin terangsang. Perlahan-lahan tangannya
bergeser ke bagian kewanitaanku. Jari-jarinya
dengan kasar menyentuh vaginaku.
“Ohh…. Hmmm…….” Tanpa sadar aku menggigil
dan merintih. Aku merasakan kenikmatan yang
lain dalam diriku. Jari-jarinya bermain-main di
clitorisku. Darahku seperti berkumpul di titik
sensitif itu.
“Auhh… enak…. Hmmm… Ohh…. Nikmat…” tak
tahan aku dibuatnya. Tubuhku rasanya semakin
melayang-layang. Setelah beberapa saat, tubuhku
menegang dan berkelojotan sesaat. Air maniku
tumpah… aku orgasme.
“Teruskan sayang… jangan ditahan… aku akan
memberikan kebahagiaan untukmu.” Antara
sadar dan tidak akau mendengar Bejo berbisik
ditelingaku.
Dalam permainan ini aku berkali-kali aku
orgasme, tapi sepertinya Bejo mempunyai
stamina yang luar biasa. Aku merasa kelelahan
tetapi bahagia, setelah 25 menit kemudian tiba-
tiba terasa penis Bejo mengeras. Jari-jarinya
makin menekan clitorisku.
“Ohh…. Aku keluar…” akhirnya Bejo berteriak.
“Ohh…nikmatnya… keluarkan didalam saja,
teruskan… jangan keluarkan kontolmu.” Aku tak
sadar setengah berteriak. Bejo tertawa dengan
penuh kemenangan. Cairan hangat memasuki
lubang pantatku.
“Auhhh…….” Akupun orgasme bersamanya.
Rasanya nikmat sekali. Bejo masih menduduki
pantatku beberapa saat lalu mencabut
burungnya.
“Ploop….” Terdengar bunyinya. Martono dan Bejo
tertawa terbahak-bahak seperti orang gila.
Aku menghembuskan nafasku dan merasa
sangat nikmat. Sekarang jam 3 malam. Tadi siang
aku merasakan kenikmatan bersama Martono.
Dan malam ini aku merasakan kenikmatan
bersama Bejo. Aku menjadi sangat ketagihan.
Selma ini aku hanya mendapat kepuasan dari
suamiku. Tapi sekarang, aku sepertinya
keranjingan berhubungan sex. Aku ingin
mendapatkan lebih. Aku ingin yang lebih
mengasyikkan….
“Martono, aku akan istirahat……. Aku sungguh
sangat puas” Bejo berkata.
“Nyonya, anda sungguh sangat
mengagumkan….” Aku tersenyum mendengar
pujian dari Bejo.
“Istirahatlah…” Martono menjawab.
“tunggu dulu….” Setengah berteriak aku kepada
mereka berdua. Mereka menatap wajahku
dengan heran.
“Kau telah memperkosa lubang pantatku, aku
telah memberikannya. Tapi sekarang aku
ketagihan… aku ingin merasakan kontol 18 cm itu
dalam memekku. Aku ingin merasakan kontol
besar punyamu..” Aku telah gila… aku tak peduli
lagi siapapun yang akan memperkosaku, malah
aku ketagihan…
Martono berteriak padaku “Nah, lihat…. aku
berjanji akan memberimu kesenangan yang
terbaik di dunia.”
“Dia benar….tinggalkanlah kami berdua, aku akan
menikmati tubuhnya. Dia akan menjadi pelacur
bagiku malam ini. Dan besok aku akan tinggalkan
nyonyamu sebagai wanita yang sangat haus
sex.” Dengan tenang Bejo berkata pada Martono.
Martono sambil tertawa pergi ke ruang tamu
kemudian Bejo menutup pintu.
———————
“Nyonya sungguh seorang nyonya yang cantik
dan mempunyai bentuk badan yang ramping
dan menggairahkan.” Aku tersenyum. Aku
menjadi sangat malu. Aku jadi salah tingkah. Aku
malu tapi akupun menikmatinya. Aku begitu
berharap pada apa yang akan terjadi berikutnya.
“Betapa senangnya saya mempunyai kesempatan
untuk mendapatkan nyonya. Nyonya sungguh
seorang nyonya yang cantik.” Bejo berkata dan
berusaha membawaku dalam pelukannya. Aku
gemetar terdiam. Kemudian dia menyibakkan
rambutku, kemudian ia menaruh bibirnya pada
bibir ku dan mulai mencium dengan sangat
bernafsu dan kasar. Sementara itu tangannya
diletakkan pada pantatku dan menekan-nekan
dengan bernafsu. Bibir mungilku terasa sangat
basah olehnya. Kemudian ia menarik blus biru
yang kupakai. Dan tangannya terus menjalari
badan ku dan aku benar-benar merasakan
ketidaksukaan tetapi sekarang aku adalah juga
merasakan basah dan tidak sabar untuk
mendapatkan kenikmatan darinya. Apa yang telah
terjadi denganku….
Biasanya suamiku hanya sanggup bertahan
selama setengah jam untuk melayaniku. Tapi kini
aku berhadapan dengan seorang pria jantan yang
mungkin sudah sangat sering menaklukkan
wanita-wanita. Sedangkan tadi siang Martono
sanggup membuatku orgasme berkali-kali.
Setelah agak lama Bejo berusaha merangsangku.
Dan aku mulai menggelinjang-gelinjang tak sabar.
Ia berbaring di sampingku dan memintaku untuk
merangsangnya. Ini adalah kesempatanku untuk
melayani nafsunya walaupun aku merasakan
malu awalnya tetapi sekarang aku telah berhasil
secara penuh merangsangnya. Dan aku mulai
menggerakkan tanganku di sekujur tubuhnya.
Bejo menutup matanya dan aku mulai
menciuminya. Dadanya berbulu, pahanya adalah
sangat kokoh, lebih dari itu ia adalah seorang pria
jantan. Aku mencium puting susu nya sekarang
ia memulai merintih
“ohhhh….aaahhaaahhhhh .. ternyata nyonya
pandai menyenangkan hati pria.” .
Sekarang aku betul-betul ingin lihat burung besar
nya. Terlihatlah sesuatu yang luar biasa, seekor
burung berukuran 18 cm secara penuh
menegang dan dua bola sedang menggantung
dengan indah. Aku duduk di dadanya dan mulai
menjilat burungnya. Aku merasa sangat ingin
untuk makan “pisang ambon” ini sebab pertama
kali aku melihat burung sangat besar. Aku
memainkan burungnya seperti anak perempuan
kecil bermain-main dengan boneka. Tiba-tiba
terasa vaginaku diciumi, aku betul-betul
merasakan getaran-getaran listrik yang mengalir
ke sekujur tubuhku karena sentuhan lidahnya
yang menyentuh klitorisku.
“Auh…Hmmf…” aku tidak sadar melenguh.
Tetapi aku berusaha berkonsentrasi pada burung
besarnya. Aku mulai menjilati batang pisangnya
dan menggerakkan mulutku naik turun, aku ingin
makan semakin banyak dan pada akhirnya tiba-
tiba penisnya menegang dan menyemprotkan
cairan sperma ke mulutku.
Kemudian dengan liarnya Bejo menggerayangi
tubuh telanjangku. Hisapan demi hisapan, jilatan
lidahnya menyapu bersih lekuk tubuhku.
“Aow…. hmm,” aku merintih saat lidah Bejo
mulai menjilati bibir vaginaku kembali.
“Woowww.. Mulus sekali nyonya ini.., gimana
sayang? …Enak?,” Bejo seperti mengejekku, aku
terpejam tak mampu memandang Bejo. Lidah
Bejo semakin liar dan membuat kenikmatan
tersendiri padaku.
“Ehmmhh,” aku merintih tak bisa menahan
kenikmatan itu, pinggulku mulai bergerak teratur
seirama jilatan lidah Bejo divaginaku, aku pasrah
dan menikmati permainan itu. Malah saat ini aku
mulai bernafsu agar penis Bejo mengoyak
vaginaku yang sudah gatal.
Tapi rupanya Bejo sengaja menyiksaku, jilatan
lidahnya sudah masuk menerjang vaginaku. Aku
sudah bergerak tak karuan menerima kenikmatan
darinya, tapi tak juga Bejo menyetubuhiku.
“Ohhh.. Nngghh..,” aku tak tahan lagi, seluruh
rasa nikmat berkumpul diklitorisku membuat
pertahananku akhirnya jebol. Aku orgasme
dengan belasan kedutan kecil divaginaku. Aku
malu sekali pada Bejo yang tersenyum.
Bejo kemudian mencium dan mengulum bibirku
beberapa lama, tanpa sadar aku membalas
lumatan bibirnya dengan nafsu pula. Kurasakan
dia berusaha menepatkan posisi ujung penisnya
dibelahan bibir vaginaku.
“Hmmm.., aahh.. Nghh..,” aku merintih nikmat
saat penis besar Bejo mendesak masuk keliang
nikmatku.
“Ouhh.., sudah kusangka vaginamu masih rapat
sayanghh.., nikmati permainan kita ya manis,”
Bejo berbisik lagi membuatku semakin melayang
dipuji-puji.
Penis Bejo keluar masuk secara teratur di
vaginaku dan aku mengimbanginya dengan
gerakan pinggul memutar.
“Hmm.., puaskan aku sayang..,” tak sadar aku
membalas bisikan Bejo itu sambil memeluk
tubuhnya untuk lebih rapat menindihku.
“Cantik kamu sayang.., cantik sekali wajahmu
saat nikmat ini,”
“Ohh… teruskan sayang.. Aku milikmu saat ini..,”
Kuakui permainan Bejo memang luar biasa,
romantis, lembut, tapi sungguh memacu birahiku
secepat genjotannya di tubuhku. Gerakan tubuh
Bejo semakin cepat dan teratur diatas tubuhku.
Erangan dan rintihanku sudah tak tertahan aku
memang birahi saat itu. Tapi saat aku hampir
klimaks, mendadak Bejo menghentikan
aktifitasnya dan mencabut penisnya dari
vaginaku.
“Ayo sayang kita berdiri,” Bejo menarik tubuhku
berdiri, lalu mendorong punggungku menjadi
posisi menungging, dan Bejo dibelakangku
kembali menghujamkan penisnya ke vaginaku.
Aku merasakan kenikmatan yang yang
tertahankan dengan posisi doggy style ini.
“Ahh.. Ouhh.. teruss..,” hanya itu yang terucap di
bibirku saat sodokan penis Bejo masuk dalam
posisi nungging itu.Bejo semakin keras
mengocokku dari belakang, aku semakin tak
terkendali kurasakan kenikmatan sudah puncak
dan menjalar diseluruh tubuhku mengumpul
dibagian pantat, paha, vagina dan klitorisku.
“Ahh sayang.. Ohh.. Hmmph..,” aku tak kuasa
lagi membendung kenikmatan itu, dinding
vaginaku berkedut berkali-kali disodok penis Bejo.
Belum habis orgasme yang kurasakan, Bejo
menarik tubuhku dan menggendongku. Aku
memeluknya erat-erat.
“Ayo cantik.. Ini lebih nikmat sayang.., sekarang
keluarkanlah seluruh cairan kenikmatanmu,”
dalam posisi itu penis Bejo masih mengocokku
tangannya mengangkat tubuhku naik turun
dengan posisi berdiri.
“Ahhh.. Uohh….,” Vaginaku berkedut-kedut
dengan cepat, orgasmeku begitu luar biasa
ditangan Bejo.
“Ouhhkk.. Aku mau keluar…. Ahhh,” Bejo
orgasme dengan posisi berdiri menopang
tubuhku yang lunglai. Kurasakan seburan
spermanya menembus dinding rahimku. Lalu
Bejo menjatuhkan tubuh kami diatas ranjang
kembali, kami berpelukan seperti pasangan
kekasih.
Kemudian ia menciumku penuh kasih dan pergi
ke ruang tengah.
———————————
Aku terbangun jam 9 pagi, rasanya tubuhku agak
lelah. Aku lalu menuju kamar mandi
membersihkan sisa-sisa permainan tadi malam.
Badanku benar-benar terasa segar setelah mandi.
Setelah mandi aku menuju kulkas. Di lemari es
dalam kamarku kulihat beberapa buah apel. Aku
makan sekedar mengganjal perutku. Aku masih
memakai handuk yang melilit tubuhku. Sambil
bercermin, kuperhatikan tubuhku. Hmm.. masih
seksi dan padat.
Tiba-tiba sopirku Martono datang. Ia telah
telanjang. sopirku adalah seorang laki-laki yang
sangat buruk. Usianya sekitar 40 tahu,
rambutnya botak dan berwajah buruk, tapi
mempunyai perkakas yang besar pula walaupun
tidak sebesar punya Bejo. Penisnya setengah
ereksi.
“Selamat pagi nyonya…” Martono menyapaku.
Aku diam saja. Dia lalu melepas handukku dan
menggendongku ke ranjang. Aku kini berbaring
diranjang dengan telanjang bulat. Maryono
mengamati badanku dengan sangat bernafsu.
“nyonya, anda sungguh sangat seksi.” Aku
tenang-tenang saja, namun aku bingung begitu
menyadari bahwa sopirku sendiri telah
memperkosaku dan menikmati tubuhku..
Kemudian seperti seekor serigala lapar dia
melompat kepadaku dan mulai menciumku di
mana-mana. Martono sungguh bernafsu. Dia
menciumi leherku dan membuatku melenguh.
Setelah sekitar sepuluh beberapa menit dia
menciumi bibir, wajah dan menghisap
payudaraku, ia menjilat perutku dan turun
menyentuh vaginaku yang berbulu dengan lidah.
Aku menggigil dan menghentak seolah-olah aku
mendapat suatu goncangan raksasa. Ia
melebarkan kakiku dan yang dimulai menjilati
clitorisku dengan liar.
“Hoohh…. Ehh.” aku mulai mengerang dengan
tak terkendali.
Martono meregangkan kaki ku lebih lebar.
Sekarang memekku terpampang dengan jelas di
wajahnya.
“Ow.. nyonya, memekmu sungguh indah.” Aku
menutup mataku dengan malu. Kemudian ia
menggosok-gosok kepala burungnya dan
kemudian menempatkannya pada memekku.
Ketika burungnya menyentuh memekku badan
ku menggigil. Aku merintih. Kemudian ia
menangkupkan payudaraku yang besar dengan
tangan kanannya. Sopirku mempermainkan
payudaraku dengan liar. Burungnya sudah siap
untuk masuk memekku.
Dia mencium bibirku dengan lembut, aku
menaruh lidahku didalam mulutnya. Kami saling
berpagutan.
“Liang peranakanku koyak oleh Bejo dan masih
terasa sakit, masukanlah kontolmu pelan-pelan..”
aku meminta.
Martono hanya tersenyum seperti setan kepadaku
dan tiba-tiba dia mendorong dengan kuat
sehingga penisnya sepenuhnya berada dalam
vaginaku. Aduh!
Bejo benar-benar telah membuat liang vaginaku
mengendurkan dan memperbesar memekku,
sehingga penis Martono masuk ke dalam liang
peranakanku dengan mudah. benar Beberapa
lama kemudian tubuhku melengkung dan
menjerit. Vaginaku mengeluarkan cairan
kenikmatan.. aku orgasme lagi! Martono
memperhatikan wajahku dengan terheran-
heran!!!!!!
“Wow… luar biasa…” . Martono berhenti sejenak
dan menatapku dengan tatapan kesetanan sampai
orgasmeku mereda.
Akan tetapi begitu Martono mulai memompa
vaginaku lagi, aku tidak bisa mengendalikan dan
lagi-lagi dengan seketika punggungku
melengkung dan menyemburkan orgasme.
Mereka benar-benar telah merubahku sehingga
aku tidak bisa mengendalikan diriku lagi. Mereka
merubahku menjadi seorang betina yang haus
sex.
“Nyonya, apakah anda berusaha untuk membuat
rekor dunia didalam hal orgasme?. Lihatlah
sekarang, bagaimana aku membuat anda seperti
pelacur yang gila ngentot!!.”
“Kamu akan jadi pelacurku!!!!” sambil mengatakan
itu, ia mulai memompa pelan-pelan tetapi di
dalam tubuhku rasanya sangat nikmat sekali.
Kemudian teriakanku berubah jadi rintihan
nyaring yang penuh nafsu.
Aku merintih dengan suara menggairahkan
“Uohh……… teruskan…. Hmmm… nikmatnya…
punyamu memang luar biasa.”
“sayang memek mu menjadi sangat panas dan
licin!!!!”
Tetapi pada saat aku betul-betul terangsang,
Martono menggodaku. Dia menghentikan
goyangan pinggulnya dan mencabut penisnya.
Dia mulai mencium payudaraku. Aku merintih
kesetanan.
“jangan dilepas… cepat masukkan… masukkan..”
aku berteriak-teriak.
Martono menatpku dan dengan tertawa dia bilang
“Nyonya, sekarang anda betul-betul seperti
seorang pelacur yang gila kontol. Tidak sadarkah
anda sedang meminta sopir nyonya untuk
menyetubuhi anda sendiri.”
“Semenjak kamu menceritakan kepadaku bahwa
kau sengaja mencari cara untuk memperkosaku
dan akan memberikan aku sensasi sex yang luar
biasa dan tidak pernah aku rasakan dari suamiku,
didalam hati kecilku aku merasa penasaran, aku
begitu terangsang. Aku tidak bisa menunggu
lebih lama lagi dan aku kehilangan kendali
terhadap dirikuku!!!! Aku tidak pernah
berhubungan sex dengan seseorang selain dari
suamiku. Aku tidak menyadari bahwa
sebenarnya aku sangat menginginkan bermain
sex dengan orang lain… aku sangat
menginginkannya!” akhirnya aku bicara.
“Martono, aku merasa seperti menikmati lagi
berhubungan sex pertama kalinya dalam
hidupku. Kamu sungguh-sungguh memberikan
aku suatu pengalaman yang menggetarkan!
Sekarang tolonglah aku, pompa memekku…. Aku
tak tahan lagi!!!!!!” Sopirku tersenyum dan dia
mulai menggenjotku pelan-pelan.
“Nyonya, anda adalah wanita yang sangat
menggairahkan. Aku selalu memimpikan untuk
berhubungan kelamin denganmu. Aku dulu onani
di kamar kecil dengan memikirkanmu. Nyonya,
aku sungguh mendapat kesenangan luar biasa
dari memekmu!”
Tetapi kemudian aku menjerit “Aku tidak tahan
lagi, tolonglah perkosa aku ……..dengan keras,
lebih kasar…… lebih cepat lagi… Augh..
cepatlah….tolong…..” dengan ini secara otomatis
aku menggerak-gerakkan pinggulku naik turun
bergesekkan dengan penisnya. Melihat itu
Martono tertawa dengan nyaring dan menciumi
bibirku, dia mulai mempermainkanku seperti
banteng kesetanan. Oh… Aku merasakan
kenikmatan yang luar biasa. Tiba-tiba aku
merasakan desakan-desakan yang sangat kuat
pada liang vaginaku. Tubuhku melenting dan aku
merintih dengan keras!! Aku orgasme lagi!
Kakiku diregangkan terpisah olehnya dan dengan
erat Martono memegang kaki ku.. Tetapi aku tidak
mengetahui mengapa pinggulku otomatis
bergerak turun seirama kocokan penisnya dan
aku menjerit secara terus-menerus dengan
penuh kenikmatan. Tiba-tiba aku merasakan
orgasme yang luar biasa. Punggungku
melengkung dan cairan kenikmatanku
membanjiri penisnya yang perkasa. Aku merintih
dengan nyaring” Auh….Hmmmm….. aku
keluar….ahhh.. lagi.” .
“Tolonglah… lebih cepat lagi… Ohhh.. nikmatnya…
lebih keras…” Martono mengocok vaginaku
dengan penuh nafsu. Tiba-tiba dia menghentikan
gerakannya. Tubuhnya menegang.
“Ahh, Nyonya.. saya mau keluar…. Ohh….”
“Keluarkan di dalam… goyangkan kontolmu…
lebih cepat… lebih cepat lagi.” Aku tak tahan
“Bagaimana kalau nyonya hamil..” Martono
kembali mengocokkan penisnya dengan cepat.
“Aku tidak peduli, Kau dan Bejo telah
menumpahkan maninya padaku… aku ingin
kepuasan… Ohh…. Egghh…” aku semakin
meracau tidak karuan.
Martono semakin mneggoyangkan penisnya
maju mundur dan memuntahkan cairan panas ke
dalam rahimku. Oh! Nikmatnya perasaan hangat
dalam vaginaku. Tubuhku bergetar seperti orang
yang terserang malaria… aku mendapatkan
orgasme terbesar dalam hidupku!
Aku terus mengejang dan mengeluarkan cairan
kenikmatan….Aku menjerit dengan pebuh
kenikmatan. Kukuku menancap pada punggung
Martono.
” Ooooooooooooooo Oooooooohhhhhhh
Aaaaaaahhhhhh. Aku keluarr……….” . Lalu kami
roboh kelelahan.
“Kamu adalah laki-laki impianku!!..” Aku memuji
sopirku tanpa malu-malu.
“Apa yang nyonya suka dari saya.”
“Aku menyukai pria jantan sepertimu.” Aku
menjawab dengan suatu senyuman malu.
“Kau memperkosaku diranjang suami ku, aku
seorang nyonya rumah yang kaya bermain sex
dengan seorang sopir pribadi. Kaupun menjual
diriku pada temanmu seorang sopir truk yang
seperti seorang perempuan murahan. Kau
merubahku sepenuhnya dari seorang isteri setia
menjadi seorang wanita haus sex!!!!!!!” Martono
tersenyum, dia menciumku dengan penuh nafsu,
lalu meraba-raba payudaraku dan mengorek-
ngorek liang senggamaku..
Kemudian aku memeluknya dan kami berbaring
dengan berpelukan. Kemudian Bejo datang di
kamarku. Aku tersenyum padanya dan ia juga
tersenyum pada aku.
Bejo berkata “Beberapa jam yang lalu, nyonya
adalah seorang istri setia yang, tapi lihatlah
sekarang kamu sudah menjadi pelacur murahan
karena dua orang pria asing telah
memperkosamu. Kamu akan hamil oleh sopir
pribadimu dan seorang sopir truk.”
” Sunguh Martono, nyonyamu adalah seorang
wanita yang terseksi.” Bejo melanjutkan.
” Sayang, anda benar-benar menikmati?” Martono
bertanya padaku
“Yah, sungguh suatu pengalaman luar biasa.
Kalian berdua mempunyai senjata idaman wanita
terbaik. Aku betul-betuk sangat menikmati.
Sekarang aku kurang suka penis suamiku. Aku
benar-benar menyukai kedua penismu yang
besar. Kamu sungguh luar biasa, Martono. Mulai
hari ini aku ingin kalian melayaniku. Dengan saling
bertatap muka Martono dan Bejo tertawa
terbahak-bahak. Kemudian sopirku menciumku
dengan penuh nafsu..
———————————
Setelah kejadian itu aku menjadi pelampiasan sex
mereka. Kapanpun Martono mendapatkan
kesempatan, ia bermain sex denganku. Setiap kali
suamiku tidak berada di rumah, Bejo dan
Martono bermain sex denganku menggunakan
berbagai macam gaya yang belum aku ketahui.
Aku benar-benar menikmati kehidupan sex
seperti sekarang.
Sekarang aku mempunyai empat orang anak.
Yang palin tua adalah anakku dari suamiku dan
sisanya dari Martono dan Bejo. Martono dan Bejo
lebihmenyukai berhubungan denganku tanpa
memakai kondom demi kesenangan yang
maksimum. Martono senang melihat aku hamil
karena perbuatannya. Sampai sekarang suamiku
belum mengetahui skandal ini. Biarpun dia
mengetahuinya, aku tidak peduli. Aku menyukai
kehidupanku sekarang. Aku mempunyai dua
orang suami pengganti yang sangat perkasa dan
memuaskanku


Adult | GO HOME | Exit
1/3343
U-ON

inc Powered by Xtgem.com